Selasa, 06 Desember 2011

Renyahnya Berbisnis Kripik Pedas


Seorang penjual Maicih tengah menunggu kedatangan para pembeli

Semarang- Kripik, sebuah makanan renyah yang tak asing lagi di telinga kita. Kripik sangat digemari banyak orang sebagai cemilan atau sekedar snack penjamu tamu. Makanan kecil yang sekilas terlihat sepele ini ternyata dapat menghasilkan pundi-pundi yang cukup menggiurkan.


        Sebut saja Maicih. Kripik pedas yang satu ini semakin digandrungi banyak orang. Berawal dari promosi unik melalui jejaring sosial, twitter Maicih terus melebarkan sayapnya ke berbagai kota di Indonesia termasuk Semarang. Keberadaan Maicih di Semarang tersebar di berbagai wilayah seperti Taman KB, Gubernuran, hingga Tembalang.

        Kripik dengan level pedas ini tersedia dalam beberapa macam produk seperti kripik singkong, gurilam, makroni, hingga kripik baso goreng. Harganya satu kantong Maicih berkisar 15 ribu hingga 20 ribu rupiah. Di Tembalang, tepatnya di depan Politeknik Negeri Semarang, Maicih memasarkan produknya dengan cara yang unik dan khas. Para penjual Maicih memarkirkan mobil maupun motor di pinggir jalan sebagai kios berjualan kripik. Menurut Ingga (3/10), salah satu penjual Maicih, omset penjualan kripik ini mencapai 6 juta per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk wilayah di luar Tembalang. Wah, bisa dibayangkan betapa renyahnya berbisinis kripik pedas ini bukan?



Kompetitor- selain Maicih terdapat pula produk kripik sejenis
seperti Bukan Si Emak hingga Kripik Setan yang berjualan di depan  Polines. 


Menjamur Para Kompetitor
       Boomingnya Maicih sebagai bisnis yang menggiurkan ternyata menginspirasi produsen lain untuk membuat produk sejenis tetapi berbeda merek. Di Tembalang tepatnya di depan Polines, keberadaan kripik pedas semakin semarak. Tidak hanya Maicih, muncul pula produk-produk lain seperti Bukan Si Emak hingga Kripik Setan. Keberadaan kompetitor ini memberi variasi pilihan produk bagi para pembeli. Bagaimana, apakah anda juga tertarik berbisnis kripik pedas?